Jika Suatu Negara Layak Mendapatkan Juara Dunia

Kurangnya kesuksesan pembalap Belanda di Kejuaraan Dunia tak pernah membuat para penggemarnya menjauh. Tetapi kini, ada tanda-tanda fans bisa mendapat imbalan atas kesetiaan mereka.

Selama 75 tahun dan sebelumnya, ratusan ribu pendukung fanatik Grand Prix berbondong-bondong mengunjungi kuil mereka di utara Belanda. Sirkuit Van Drenthe di Assen pantas disebut sebagai Katedral MotoGP™. Setiap bulan Juni sejak 1949, pengecualian pandemi Covid-19, rutin digelar Kejuaraan Dunia balap motor. Sangat mudah bagi orang Spanyol untuk melakukan perjalanan ke Jerez untuk mendukung pembalap, seperti Marc Marquez, Jorge Lorenzo dan Daniel Pedrosa. Tak ada tempat lain yang lebih baik dalam dunia Motorsport ketika Valentino Rossi berkompetisi serta menang di Mugello. Setiap tahun penggemar mendukung GP Belanda dengan semangat dan kebanggaan, meski hanya ada sedikit pembalap Belanda yang bisa didukung. Kurangnya kesuksesan pembalap Belanda di Kejuaraan Dunia tak pernah menghalangi fans. Namun, di Jerez akhir pekan lalu, ada tanda-tanda fans bisa mendapat imbalan atas kesetiaan mereka.

Collin Veijer yang berusia 19 tahun memenangi Moto3™, setelah bertarung melawan David Munoz dan Ivan Ortola, serta dengan selisih 0,045 detik. Pembalap Belanda ini pun naik peringkat ketiga klasemen Kejuaraan Dunia Moto3™, di belakang Daniel Holgado dan David Alonso. Musim lalu, Veijer mencetak kemenangan perdananya dalam Grand Prix, saat ia menang di Sepang, berlomba dengan Liqui Moly Husqvarna Intact GP. Itu adalah periode yang tandus sejak kemenangan terakhir Hans Spaan pada 1990 dalam balapan 125cc di Brno, Republik Ceko.

Sungguh luar biasa, 50 tahun yang lalu seorang pebalap Belanda dinobatkan sebagai Juara Dunia. Pembalap dan tim Belanda menyukai kerumitan teknis dalam mempersiapkan, serta mengendarai motor 50cc. Henk van Kessell merengkuh titel 50cc pada 1974 untuk Kreidler dan hanya itu. Tiga tahun sebelumnya, Jan de Vries membawa Holland dan Kreidler ke tangga juara pertama mereka. Dia memenangi 14 Grand Prix dan merebut kembali titel pada 1973.

Dengan kelas solo yang tidak membuahkan hasil, para penggemar patriotik Belanda mengalihkan dukungan mereka ke sidecar. Saya melihat hal serupa terjadi di Inggris ketika kita sedang mengalami masa tandus serupa. Steve Webster adalah Juara Dunia dari Inggris, sedangkan Egbert Streuer yang berjanggut dan penumpangnya, Bernie Schneiders, menjadi pahlawan nasional Belanda. Mereka menangi 22 balapan Grand Prix dan tiga gelar juara.

Pembalap Belanda telah merasakan kesuksesan di kelas utama 500cc, tetapi hanya dengan kemenangan di Grand Prix. Wil Hartog adalah salah satu pembalap Grand Prix pertama yang memakai baju balap berwarna putih. Sosoknya bgitu menontol dengan helm bercorak merah. Dia memenangi lima Grand Prix 500cc untuk Suzuki, termasuk di Assen pada 1977. Tiga tahun kemudian, Assen adalah tugas pertama saya sebagai reporter Grand Prix. Jack Middelburg menang balapan 500cc dan atmosfer, serta perayaannya hanya bisa ditandingi oleh Jerez dan Mugello belakangan ini. Kemenangan Middelburg lainnya terjadi di Grand Prix Inggris/ Dia juga terlibat dalam kecelakaan latihan Barry Sheene yang mengerikan di Silverstone pada 1982. Satu-satunya pemenang kelas 500cc asal Belanda lainnya adalah Boet van Dulmen yang merupakan perokok berat. Dia menang di Imatra, Finlandia pada 1979.

Sidecar dan solo 50cc sudah lama menghilang dari kancah Kejuaraan Dunia. Kesuksesan pembalap-pembalap Belanda pada masa lalu menyertai mereka, tetapi Collin Veijer berada di ambang untuk mengubah semuanya. Para penggemar di Belanda telah menunggu begitu lama dan dia bisa menjadi pebalap yang memberi penghargaan atas kesetiaan, dukungan, dan kesabaran mereka.

Penantiannya sudah terlalu lama.