Poin Pembicaraan GP Prancis: Kemenangan Historis Johann Zarco

Hujan dan Flag-to-Flag menyuguhkan drama serta momen bersejarah dalam wujud pemenang yang mengejutkan pada putaraan keenam 2025 MotoGP™ di Le Mans.

Johann Zarco (Castrol Honda LCR) menjadi pembalap Prancis pertama yang memenangi Grand Prix kandang sejak 1954 silam – mengakhiri penantian panjang Prancis selama 71 tahun. Akhir pekan lalu juga jadi balapan krusial bagi sejumlah penantang gelar juara. Alex Marquez (BK8 Gresini Racing) dan Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo Team) gagal mencetak poin, sementara Marc Marquez meninggalkan Le Mans dengan perolehan 32 poin.

Simak poin-poin pembicaraan terhangat dari Michelin Grand Prix Prancis di bawah ini:

Zarco Merasa Bangga

Usai mengamankan kemenangan MotoGP keduanya dan menjadi pembalap Prancis pertama yang menang di balapan kandang, Zarco menuturkan betapa berartinya kemenangan ini baginya. Ia juga mengungkapkan momen saat menyadari kemenangan mungkin terjadi di hadapan penonton Le Mans yang memadati Circuit Bugatti.

"Saya sangat bangga karena saya mencintai sejarah sepeda motor. Saya tahu nama-nama besar, dan saya telah menonton balapan lama karena saya selalu tertarik padanya. Hari ini, menulis baris ini sebagai pembalap Prancis, memenangi GP Prancis, sungguh magis. Saya selalu memacu diri sendiri, berharap dapat menang balapan atau naik podium. Saya selalu berusaha menemukan cara untuk meningkatkan diri, tetapi hari ini saya memilih ban basah," paparnya.

"Ketika Jack (Miller) terjatuh, saya mulai percaya bahwa saya dapat memenangi balapan. Saya takut ketika Marc beralih ke ban basah karena pada awalnya, ia melaju lebih cepat dari saya. Saya pikir ia juga mencapai batas ban basah, dan ia tidak dapat memacu lebih jauh. Jarak saya cukup besar untuk dikendalikan."

Degup Jantung Manajer Zarco

Hari itu merupakan hari yang emosional bagi semua orang di garasi Zarco, termasuk manajernya, Guillaume Valladeau. Jantung pria Prancis ini dibuat berdegup kencang menyaksikan laju sang pembalap dalam perjalanan menuju podium tertinggi.

"Memenangi balapan ini di hadapan masyarakat Prancis adalah hari yang luar biasa. Saya sangat gembira untuk tim, untuk Johann, dan juga untuk orang-orang yang bekerja dengannya. Ini merupakan kerja keras, banyak investasi selama musim ini. Ini juga merupakan musim yang panjang. Saya merasa seperti akan mati. Saya berusia 48 tahun. Saya hanya ingin hidup. Saya bahkan tidak bisa bernapas atau menonton balapan. Saya hanya menghitung putaran," tutur Valladeau.

Di Balik Strategi #93

Marc Marquez (Ducati Lenovo Team) melintasi garis finis di urutan kedua, mengeklaim 20 poin berharga setelah kesalahan di Jerez. Rider #93 pun kembali mengambil alih puncak klasemen Kejuaraan.

"Dalam kondisi seperti itu, saya yakin dengan keputusan saya. Ini adalah hal yang paling penting. Namun, memang benar bahwa pada lap pengamatan (Sighting Lap) itu, saya tidak yakin, saya melihat Pecco masuk ke grid. Kemudian saya menyadari bahwa lintasannya benar-benar kering," paparnya.

"Kemudian pada lap itu, saya meniru Alex (Marquez). Saya menunggunya, lalu dia masuk (pit), jadi saya mengikutinya. Kemudian sebaliknya, dia meniru saya ketika saya mengganti ban slick (dengan ban basah). Hanya Fermin (Aldeguer) yang bertahan satu lap lagi, dan sudah terlambat, karena dia kehilangan banyak waktu di lap itu. Saya kenal Alex. Dia kenal saya. Kami berbicara sebelum balapan bahwa itu akan menjadi kondisi yang sulit. Balapannya sangat panjang."

Pulang dengan Tangan Hampa

Akhir pekan yang sulit Bagnaia. Kecelakaan di Tikungan 3 membuatnya catatkan DNF pertama musim ini saat Sprint. Pada hari Minggu, pembalap Italia itu terjebak dalam insiden lap pembuka yang disebabkan mantan rekan setimnya, Enea Bastianini. Kendati berhasil menyentuh garis finis, Pecco hanya mampu P16. Ia pulang tanpa satu poin pun.

"Mereka mengatakan bahwa jika mulai hujan, hujan akan terus turun, jadi saya yakin untuk memulai dengan (ban) basah dan terus melaju. Tetapi tidak ada apa-apa, lalu saya jatuh, dan saya tidak dapat melanjutkan balapan dengan kondisi yang sama. Jika saya melihat jarak antar pembalap, bahkan dengan kecelakaan itu, saya finis posisi lima teratas. Tetapi saya harus berhenti, karena tuas transmisi agak macet, jadi sangat sulit untuk mengganti gigi, dan juga, kami kehilangan beberapa bagian, dan saya harus berhenti," keluhnya.

"Jadi saya berhenti, lalu berhenti lagi, dan saya menunggu 15 detik untuk menyalakan kembali motor lainnya. Jadi semuanya serba salah hari ini. Semuanya serba salah akhir pekan ini. Dan saya ingin mengatakan bahwa sejak awal musim, kami kesulitan. Perasaan saya sangat buruk, karena saya tidak mendapatkan umpan balik apa pun dari motor."

Podium Ganda Sang Rookie

Fermin Aldeguer (BK8 Gresini Racing MotoGP) tampil mengesankan di Le Mans. Mengemas podium Sprint pertamanya, dilanjutkan dengan mengamankan podium Grand Prix perdananya. Pemuda asal Murcia itu sekarang menempati peringkat kedelapan klasemen dan mengantongi 48 poin.

"Saya memiliki keuntungan karena saya memiliki motor terbaik di grid, tetapi tidak mudah untuk dikendarai. Pada balapan pertama, saya pikir, setup yang saya miliki tidak sempurna untuk gaya berkendara saya," terang Aldeguer.

“Dari balapan ke balapan, kami bekerja dengan cara yang lebih baik. Saya lebih memahami motor. Saya juga lebih memahami tim. Umpan balik saya selalu lebih baik untuk disampaikan tentang bagian teknis. Setelah Austin, ketika saya melihat bahwa saya cepat dan memiliki kecepatan untuk tetap berada dalam lima besar, saya datang ke balapan dengan pola pikir yang berbeda. Namun, selalu dengan tujuan yang jelas. Karena kami adalah pendatang baru, kami harus tetap tenang."

Sulit Prediksi Cuaca

Di tengah selebrasi kemenangan Zarco, Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha MotoGP) dipenuhi kekecewaan setelah pembalap #20 itu tersingkir dari persaingan di tikungan terakhir jelang Lap 5. Meski gagal finis, El Diablo tetap positif. Pole position saat kualifikasi, sekali lagi menunjukkan kecepatannya yang mengesankan.

"Di Le Mans, selalu seperti itu. Anda tidak pernah tahu apakah akan turun hujan, apakah akan berhenti. Namun, hujannya gerimis, dan sangat sedikit, jadi saya memacu cukup keras di awal, dan itu hebat, tetapi ketika saya melakukan Long Lap Penalty, saya benar-benar melakukan lap panjang yang hebat. Saya memacu dengan cukup baik," ujar Quartararo.

"Namun, ketika saya menyalip Marc, saya kehilangan kendali, dan lintasannya sedikit lebih basah. Saya berada di sana selama tiga lap, dan setiap lap, ada satu orang lagi yang terjatuh. Sangat disayangkan, tetapi saya benar-benar menikmati akhir pekan itu. Saya kira kami berhasil memiliki kecepatan dan waktu lap yang hebat."

Terjatuh Dua Kali

Alex Marquez kehilangan poin Kejuaraan yang berharga setelah mengalami dua kecelakaan, yang terakhir mengakhiri harapannya untuk mengemas podium. Pembalap #73 itu masih menempati peringkat kedua klasemen, namun kini memiliki selisih 22 poin yang harus dijembatani pada balapan berikutnya di Silverstone.

"Kami tidak bisa senang dengan dua kecelakaan dan tidak mendapatkan poin, tetapi inilah yang terjadi. Saya pikir kami melakukan semuanya dengan sangat sempurna. Hari ini, memang benar bahwa strategi Zarco lebih baik, untuk tetap menggunakan ban basah. Tetapi menurut saya itu terlalu berisiko, pada titik di mana kami berada di Kejuaraan. Karena jika tidak mulai hujan, Anda tidak akan mendapatkan poin," kata Alex Marquez.

DISKON 25%

Tonton musim 2025 dengan MotoGP™ VideoPass dan nikmati setiap aksinya

Langganan sekarang!

Bastianini Jatuh Bangun 

GP Prancis yang dramatis bagi Enea Bastianini (Red Bull KTM Tech3). Terlibat insiden dengan Bagnaia di Tikungan 3 pada lap pertama, lalu menjalani Double Long Lap Penalty sebanyak dua kali. Salah satunya lantaran mengebut di pit lane ketika mengganti motornya lagi. Berakhir dengan finis ke-13, Bestia dihukum Long Lap Penalti di Silverstone atas insidennya dengan Bagnaia.

"Balapan yang gila. Sulit bagi semua orang, karena situasi di lintasan benar-benar dalam batasnya. Pada akhirnya, kami membuat keputusan untuk memulai dengan ban slick, karena pada saat itu, saya dapat menggunakan ban itu. Saya mengerem keras di tikungan pertama, dan Pecco mengerem lebih awal. Kami jatuh, dan melakukan kesalahan itu, dan pembalap lain juga jatuh," ucapnya.

Perhentian berikutnya adalah Silverstone. Sirkuit yang kaya akan sejarah, terkenal dengan duel lap terakhirnya yang ikonik, dan merupakan etape yang sempurna untuk GP Inggris. Bergabunglah bersama kami dalam kelanjutan pertarungan musim 2025 pada 23-25 Mei mendatang!

Dapatkan Newsletter Resmi MotoGP™!
Buat akun sekarang untuk mengakses konten video, laporan hasil balapan, hingga Newsletter MotoGP™ serta informasi menarik lainnya.