Nick Harris Blog: Bersiaplah, Ini Bisa Menentukan Kejuaraan

Mantan komentator MotoGP™, Nick Harris, merefleksikan dua akhir pekan menakjubkan di India dan Jepang, saat para pembalap menghadapi tantangan berat

Tanda peringatan menyala terang di dua Grand Prix terakhir. Cuaca bisa memainkan peranan besar dalam hasil Kejuaraan Dunia MotoGP™. Panas dan kelembapan di India, serta hujan lebat di Jepang bisa menjadi gambaran awal dari apa yang akan terjadi antara Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo Team) dan Jorge Martin (Prima Pramac Racing). Keunggulan tiga poin itu bisa saja terendam oleh hujan lebat, meleleh karena panas terik, atau hilang begitu saja pada enam putaran terakhir.

Kejuaraan Dunia sepenuhnya berarti Kejuaraan Dunia. Kesuksesan diraih, baik oleh pembalap maupun tim, yang siap menempuh jarak puluhan ribu kilometer keliling dunia. Mereka belajar mengatasi jet lag, set-up dan kontrasnya sirkuit. Mereka harus beradaptasi dengan budaya dan bahasa yang berbeda, serta seperti yang diilustrasikan dengan jelas di India dan Jepang, cuaca.

Di India, Martin hampir pingsan di pit lane karena kelelahan akibat panas setelah tampil heroik untuk posisi kedua. Di Jepang, meski diterapkan flag-to-flag, balapan harus dihentikan di trek yang digenangi air. Tak dilanjutkan kembali karena hujan terus turun. Meski jumlah lap di India dipangkas dan flag-to-flag di Jepang memangkas jarak tempuh balapan, cuaca, seperti biasanya, tetap baik. Dengan empat Grand Prix berikutnya di Indonesia, Australia, Thailand, dan Malaysia, cuaca yang kontras dijamin akan terjadi. Bahkan dalam dua putaran terakhir tersebut, mungkin masih ada masalah. Hujan turun pada malam hari di Qatar, dan Valencia bisa menjadi sedikit dingin pada akhir November.

Harga Spesial VideoPass MotoGP™!

Semua konten LIVE & OnDemand ada di ujung jari Anda dengan harga luar biasa

Berlangganan Sekarang!

Bisa dipastikan bahwa flag-to-flag akan memainkan peranannya dalam intrik ini, terutama dalam empat Grand Prix berikutnya. Sejak James Ellison masuk pit di Phillip Island 2006 untuk berganti motor, menjadi pembalap pertama yang jalani flag-to-flag, situasi ini telah menambah alur cerita secara keseluruhan. Saya selalu memikirkan orang-orang seperti Marc Marquez (Repsol Honda Team), Chris Vermeulen dan Dani Pedrosa yang berganti dari ban slick ke ban basah dengan perhitungan waktu tepat. Dani melakukan pergantian pada akhir lap pemanasan di Valencia 2012. Ia melewati garis finis saat menempati posisi ke-20 pada akhir lap pertama, dan kemudian menang dengan selisih 37 detik. Yang cenderung saya lupakan adalah perubahan dari ban basah ke ban slick. Marc di Brno 2017 melakukan pergantian motor lebih awal dari pembalap lainnya, dan mendapati dirinya pada posisi ke-19, di trek yang mengering. Itu adalah tindakan yang berani, namun waktunya tepat. Sang Juara Dunia menang dengan keunggulan 12 detik atas rekan setim Pedrosa.

Jadi, ada banyak pergantian ban yang menarik, tetapi bagaimana dengan mereka yang tetap bertahan? Kemenangan heroik Brad Binder menembus hujan bersama KTM di Red Bull Ring pada 2021 tentu menjadi sorotan. Bradley Smith menempati posisi kedua di Misano musim 2015, dan rekan senegaranya Scott Redding urutan ketiga, meski mengalami kecelakaan dengan Honda. Dibutuhkan keberanian dan keterampilan, dan keduanya mengalahkan atau menyamai hasil terbaik mereka di MotoGP™ pada balapan yang dimenangi oleh Marquez, yang telah mengganti ban.

Hari-hari memandangi awan di langit atau nongkrong untuk memeriksa cuaca sudah lama berlalu. Teknologi modern, khususnya radar, dapat memberikan indikasi apa yang akan terjadi. Tim dan pembalap akan siap menghadapi elemen apa yang akan mereka hadapi dalam empat Grand Prix berikutnya.

Mereka akan bersiap. Mereka tahu bahwa hal itu bisa menjadi pembeda antara memenangi atau kehilangan gelar juara dunia.

Ikuti seluruh Musim 2023 secara LIVE & VOD melalui VideoPass!