Nick Harris Blog: Marc Marquez dan Impian Amerika

Marc Marquez sedang menyiapkan topi Stetson dan sepatu koboi berbahan kulit lantaran #93 bertekad mengakhiri puasa kemenangannya di MotoGP™.

Spaniard tiba di Narnia miliknya sendiri. Kerajaan magis istimewanya yang memiliki begitu banyak kenangan indah. Tempat yang tepat bagi sang Juara Dunia delapan kali untuk merasakan manisnya memenangi lagi balapan Grand Prix. Ia telah mengklaim tujuh podium teratas di Circuit of The Americas (COTA) sejauh ini. Tak ada yang meragukan, bahwa pembalap Spanyol itu berpeluang besar mengklaim kemenangan kedelapan bersama Gresini Ducati. Ya, Marc Marquez sangat menyukai balap motor di Amerika. Dan alasannya mudah dimengerti.

11 Tahun silam, Marquez tiba di Austin dengan harapan yang sama besarnya seperti Pedro Acosta akhir pekan ini. Usai merengkuh gelar juara 125cc dan Moto2™, kedatangan #93 di MotoGP™ serupa eksplosifnya dengan apa pun yang pernah kita saksikan sebelumnya, atau sejak 75 tahun balap motor Grand Prix. Ia finis ketiga di belakang duet Yamaha, Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, pada putaran pembuka GP Qatar. Kisah cintanya dengan COTA serta trek Amerika dimulai setelah keberhasilan mengklaim pole position, kemudian cetak kemenangan dalam perlombaan keduanya di kelas utama.

Untuk kali pertama dalam sejarah MotoGP™, ada tiga Grand Prix di sirkuit Amerika pada 2013. Dimulai di Austin, lalu menyambangi sirkuit Laguna Seca, serta terakhir singgah ke Indianapolis. Para pembalap Amerika, dipimpin oleh Kenny Roberts, selalu mengatakan kepada kami, jika Anda belum pernah melaju kencang dan menuruni tikungan Corkscrew yang terkenal di perbukitan Monterey, maka Anda adalah seorang pengecut.

Ia tidak salah. Sirkuitnya, tempat, dan tikungannya luar biasa. Sebulan kemudian, kami berada di sirkuit dan lokasi yang sangat berbeda, tempat sama-sama mengesankan dalam cara yang sangat berbeda. Kami lebih suka pergi ke Indianapolis International Motor Speedway ketimbang para pembalapnya. Tempat motorsport terbesar di dunia dengan tribune penonton yang menjulang tinggi mengelilingi banking dan batu bata di garis start/finis. Sirkuit jalan raya di dalam oval bukanlah sesuatu yang istimewa,namun orang-orang menjadikannya tempat yang beratmosfer.

Jika kemenangan Texas itu belum cukup, Marquez melaju melintasi Amerika pada 2013 seperti angin puyuh. Ia memenangi satu-satunya balapan kelas utama di Laguna Seca, diikuti dengan kemenangan di Indianapolis, yang diulanginya dua tahun berikutnya. Dalam tiga balapan kelas utama di Indianapolis, #93 tidak terkalahkan. Ketiga kemenangan Amerika itu pun memainkan peran besar dalam perjalannya menuju titel dunia MotoGP™ yang pertama.

Marquez tak terkalahkan di COTA selama lima tahun berikutnya, tetapi tidak pernah tanpa insiden. Sliding dengan siku dan bahu, manuver menyalip yang bombastis, hingga melompati barrier Armco untuk mengendarai motor kedua demi meraih pole position. Itu semua adalah bagian dari aksi pertunjukkan sang pembalap di Amerika.

Sudah 903 hari sejak kali terakhir Marquez menang balapan Grand Prix. Yang lain, banyak yang menunggu lebih lama lagi. Juara Dunia tujuh kali, Phil Read, harus menunggu selama 3.200 hari antara kemenangannya di Grand Prix Ulster 1964 dan Grand Prix Jerman 1973. Andrea Dovizioso harus menunggu 2.653 hari antara kemenangan di Donington Park 2009 dan Sepamng 2016. Bahkan, Valentino Rossi harus menunggu lebih lama dibandingkan Marquez, yakni 993 Hari antara kemenangannya di Sepang 2010 dan Assen 2013.

Saya rasa tak ada seorang pun yang mengira Marquez akan menunggu begitu lama. Jika ia ingin mulai memenangi Grand Prix lagi, maka peluang terbaiknya adalah pada Minggu akhir pekan ini.

MotoGP™ Fantasy Kembali Hadir pada 2024!

Bangun tim impian dengan dana terbatas. Anda hanya akan bisa memilih empat pembalap, 1 tim dan 1 pabrikan. Temukan kombinasi sempurna dan maksimalkan poin Anda setiap akhir pekan. Dengan hadiah yang dipertaruhkan di liga publik dan kebanggaan di liga privat, buktikan bahwa Anda yang terbaik!

Bangun tim Anda