TALKING POINTS: “Saya Harap Dia Sedikit Takut Lagi”

Simak apa saja yang menjadi poin pembicaraan dari Pertamina Grand Prix of Indonesia di Mandalika akhir pekan lalu

GP Indonesia 2023 menghadirkan balapan dramatis yang akan selalu diingat, di mana terjadi plot twist dalam perburuan gelar. Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo Team) berhasil klaim kemenangan dan ambil alih puncak klasemen, sebaliknya Jorge Martin (Prima Pramac Racing) harus pulang dengan tangan hampa.

Selain pertarungan kedua pembalap, ada banyak cerita lain yang muncul dari Mandalika. Jadi, tanpa basa-basi lagi, mari selami beberapa Talking Points terbesar pada akhir pekan lalu.

“Saya harap dia sedikit takut lagi”

Kemenangan Bagnaia, ditambah dengan jatuhnya Martin, membuat pembalap Italia itu kembali pimpin klasemen dengan selisih 18 poin saat keduanya menuju ke Phillip Island. Pasca-balapan, baik Pecco maupun ‘Martinator’ bereaksi terhadap momen yang tampaknya penting dalam perburuan gelar.

Bagnaia: “Kemenangan ini sungguh sangat, sangat penting. Perasaan serupa terjadi di Malaysia tahun lalu. Sangat penting untuk meraih kemenangan ini. Saya melakukan yang maksimal dalam kedua kasus tersebut. Sangat, sangat, sangat bahagia. Saya tahu betul bahwa Jorge sangat cepat, tapi kami pantas mendapatkan kemenangan ini.”

Martin: “Saya melakukan balapan yang luar biasa hingga kecelakaan itu. Saya yang tercepat saat ini, jadi saya harus tenang dan masih ada 10 balapan tersisa. Jadi perjalanannya masih panjang.

“Jadi sayalah yang mengejarnya lagi, jadi sekarang saya harap dia sedikit takut lagi!”

“Jorge akan kembali bangkit"

Meski fokusnya tertuju pada Bagnaia dan Martin, Marco Bezzecchi masih duduk di urutan ketiga Kejuaraan. Ia masih dalam jangkauan serangan, dengan selisih 63 poin dari puncak.

“Saya pikir Jorge dan Pecco, keduanya sangat kuat. Pecco sudah menjadi Juara Dunia, namun Jorge berada dalam kondisi yang fantastis. Terkadang membuat beberapa kesalahan adalah hal yang wajar. Pecco melakukannya beberapa balapan lalu dan Jorge melakukannya hari ini.

“Ketika saya melihat Jorge terjatuh, sejujurnya saya tidak tahu bahwa Pecco hampir memimpin. Tapi setelah beberapa lap saya melihat di layar lebar bahwa Pecco menjadi yang pertama dan saya tahu dia akan menang. Karena dia sangat bagus dalam situasi seperti ini. Tapi yang pasti, Jorge akan bangkit kembali dan saya juga berharap bisa berada di sana di Phillip Island.”

Bezzecchi berhasil melewati rintangan rasa sakit, setelah dibekap cedera patah tulang selangka seminggu sebelum balapan. Ia merasa seperti berada dalam peperangan usai perlombaan.

“Saya merasakan sakit di bahu saya, di seluruh otot leher. Tapi tulang selangkanya baik-baik saja. Hanya pelatnya yang membuat saya merasa aneh karena saya tidak pernah punya pelat. Jadi saya bisa merasakan pelatnya.

“Ya, saya sudah minum satu atau dua gelas bir. Yang pasti saya akan mengadakan lebih banyak… pesta dulu dan kemudian tidur besok!”

“Itu adalah kesalahan besar”

Tepat sebelum lampu start padam, kita melihat beberapa pergantian ban di menit-menit terakhir di Mandalika, terutama pada Aleix Espargaro. Pembalap Aprilia itu memilih opsi soft, tapi segera menyesali keputusannya.

Espargaro: “Itu kesalahan tim, tetapi saya orang terakhir yang mengambil keputusan, jadi itu kesalahan besar. Saya punya firasat buruk saat pemanasan. Sangat, sangat buruk. Mungkin itu bukan ban terbaik saat pemanasan dan mungkin alih-alih memaksakan diri dan memakai medium seperti semua orang, akhirnya saya memutuskan untuk memakai soft dan saya mengantisipasi penurunan, mungkin sedikit lebih jauh dalam balapan. Saya kehilangan peluang bagus hari ini.”

“Semua momen sial datang satu demi satu”

Johann Zarco juga mengalami kesulitan yang signifikan selama GP Indonesia. Masalah teknis menyebabkan posisinya turun, sebelum kemudian terjatuh ketika balapan menyisakan 14 lap.

“Dari tikungan pertama, perangkat belakang saya tetap turun. Saya benar-benar mencoba memahami apakah saklar saya hidup atau mati, tetapi saklar itu berfungsi dengan baik. Sistemnya tidak berfungsi.

“Saya mulai terbiasa dengan motor 'baru' dan mencoba mengikuti (Franco) Morbidelli. Saya membuat kesalahan saat memasuki Tikungan 11. Saya sudah mengendalikannya, namun Tikungan 11, motornya tergelincir dan saya tidak dapat mengambil satu poin pun. Saya pikir jika saya menyelesaikan balapan, maka saya akan berada di posisi ke-15. Ini sangat gila. Semua momen sial datang satu demi satu secara beruntun.”

“Ini bukan hanya olahraga. Inilah hidup saya"

Fabio Di Giannantonio mencatatkan hasil terbaik dalam kariernya di GP Indonesia. Finis P4 menjadi hasil yang sangat mengesankan bagi pembalap Italia itu. Ini juga merupakan respons sempurna usai kehilangan kursi di Gresini Racing. Diggia tampak  emosional saat berada di parc ferme. Ia pun mengingatkan semua orang tentang aspek kemanusiaan yang sering terlupakan di balik para pembalap yang kita lihat di layar televisi.

Di Giannantonio: “Saya harus mengatakan bahwa saya adalah manusia, seperti Anda semua dan semua orang di dunia, jadi saya memiliki emosi dan perasaan. Yang pasti ini sangat sulit dan ini bukan hanya olahraga. Inilah hidup saya. Dibicarakan dalam pekerjaan dan hidup saya telah menjadi salah satu hal tersulit dalam hidup saya. Tapi juga, sebagai manusia, kita harus menjadi kuat dan saya tetap kuat ketika saya terpuruk.

"Saya ingin menjadi kuat, bekerja, fokus, menutup media sosial. Memblokir rumor dan berbagai komentar serta hanya bekerja pada diri saya sendiri. Saya ingin berada di dalam gua dan bekerja seperti orang gila, Anda tahu? Hasil kecil ini seakan berkata, 'Hei kawan! Kamu melakukannya dengan baik. Ini tidak mudah, tetapi kamu akan kembali!”

Ikuti seluruh Musim 2023 secara LIVe & VOD melalui VideoPass!

Dapatkan Newsletter Resmi MotoGP™!
Buat akun sekarang untuk mengakses konten video, laporan hasil balapan, hingga Newsletter MotoGP™ serta informasi menarik lainnya.