Dalam balapan mendebarkan di Phillip Island, Johann Zarco (Prima Pramac Racing) membuat sejarah dengan meraih kemenangan pertamanya di MotoGP™, mengakhiri 120 balapan yang panjang dan menantang. Pada usia yang ke-33 tahun, ketekunan dan komitmen teguh sang pembalap Prancis terhadap olahraga ini akhirnya membuahkan hasil.
Karier Zarco dalam Kejuaraan Dunia dimulai dengan awal yang menjanjikan saat ia bertransisi dari Red Bull Rookies Cup ke Kejuaraan Dunia 125cc pada 2009. Dua tahun kemudian, ia tempati peringkat kedua klasemen, membuatnya naik kelas ke Moto2™, yang mana Zarco kalim enam podium selama tiga musim pertamanya di kategori intermediate. Ini menunjukkan kemampuan beradaptasi dan keteguhan tekadnya.
Momen penting dalam karier Zarco terjadi ketika ia kembali bergabung dengan Aki Ajo di Moto2™. Kemitraan ini menghasilkan gelar juara musim 2015. Ia lalu berhasil mempertahankan gelarnya pada 2016. Pencapaian itu menjadikannya pembalap pertama yang rengkuh Kejuaraan Dunia Moto2™ secara beruntun sejak kelas ini diperkenalkan 2010 silam. Prestasi itu pun memperkuat statusnya sebagai bintang baru.
Transisinya ke MotoGP™ pada 2017 sungguh mengesankan. Pada tahun debutnya, Zarco tiga kali naik podium dan dua kali pole position. Ia kemudian menegaskan posisinya dalam kelas premier dengan podium di balapan kandang di Le Mans dan titel Rookie of the Year. Tetap bersama Monster Yamaha Tech3 pada 2018, ia terus menorehkan prestasinya, yakni dinobatkan sebagai Pembalap Tim Independen teratas musim itu.
Pada 2019, Zarco memulai babak baru, bergabung dengan Red Bull KTM Factory Racing sebagai bagian dari jajaran kelas utama pabrikan Austria. Namun, musimnya dimulai dengan awal yang menantang, membuat Zarco mengambil keputusan sulit untuk meninggalkan tim, mengakhiri kontrak dua tahunnya sebelum waktunya. Sebagai agen bebas, ia menggantikan Takaaki Nakagami di LCR Honda Idemitsu untuk tiga putaran terakhir musim itu. Meski sangat singkat, ia menunjukkan kemampuan beradaptasi dan dedikasinya.
Kepindahan ke Reale Avintia Racing untuk 2010 menunjukkan kehebatan Zarco saat mewakili Ducati. Ia meraih podium di GP Ceko, yang memantapkan posisinya di MotoGP™ yang sangat kompetitif. Pada 2021, ia pindah ke Pramac Racing dan menjalani musim yang terdiri dari dua babak. Dibuka dengan podium beruntun di GP Qatar dan GP Doha, membuatnya sempat memimpin klasemen kelas premier. Tetapi, masalah pompa lengan pada paruh kedua musim menghalangi upayanya dalam perebutan gelar. Ia pun duduki peringkat kelima klasemen akhir.
Kendati hadapi tantangan dan nyaris gagal, Zarco tetap bersama Pramac untuk 2022. Sebagai pembalap dengan pole position dan podium terbanyak yang finis tanpa kemenangan di kelas premier, kemenangan masih sulit diraihnya. Tampil konsisten dan mengesankan sepanjang musim, dengan empat podium dan dua pole position, namun podium teratas masih di luar jangkauan.
Akhirnya, di Grand Prix Australia 2023, Johann Zarco mencapai tonggak bersejarah dengan meraih kemenangan balapan MotoGP™ pertamanya setelah 120 kali percobaan. Saat itu, kemenangan tampak bakal sulit digapainya. Tetapi pembalap bernomor #5 ini menolak menyerah dalam perjuangannya demi meraih kejayaan, dan ia membuktikan pada Sabtu lalu. Dan terasa luar biar usai aksi sensasionalnya pada lap terakhir di Phillip Island.
Zarco menjadi pembalap kelima dari Prancis yang meraih kemenangan balapan Grand Prix kelas premier, mengikuti jejak Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha MotoGP™), Christian Sarron, Pierre Monneret, dan Regis Laconi. Kemenangannya merupakan bukti ketekunannya dan dengan kembalinya backflip di Phillip Island. Kita pun bertanya-tanya kapan akan melihat selebrasinya lagi?
Dengan satu kemenangan sudah dikantongi, Zarco mendapat kesempatan lain untuk meraih kemenangan lagi akhir pekan ini di Buriram. Putaran 17, yakni GP Thailand dijawalkan berlangsung 27 Oktober. Pastikan Anda bergabung dengan kami!