Tidak heran Pecco Bagnaia tersenyum saat ini. Kemenangan ketiga beruntun di Mugello, serta kemenangan ganda Sprint dan Grand Prix Italia jelas menjadi alasan utama. Tetapi masih ada alasan lainnya. Sebelum mesin pertama dinyalakan pada putaran pembuka musim, sang Juara Dunia bertahan menandatangani perpanjangan kontrak Ducati berdurasi dua tahun. Selesai. Tak ada pertemuan rahasia dengan pabrikan lain, spekulasi media terus-menerus, dan keraguan tentang masa depan. Lanjutkan saja pekerjaan mempertahankan titel MotoGP™ itu bersama Ducati Lenovo untuk tahun ketiga berturut-turut.
Ia juga pasti tersenyum mendengar semua kehebohan dan spekulasi seputar siapa yang akan menjadi rekan setimnya musim depan. Tentu saja, Bagnaia akan lebih dari sekadar tertarik dan mungkin diberi kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya sendiri. Semua pembalap akan memberi tahu Anda, bahwa prioritas nomor satu mereka di Grand Prix adalah memastikan Anda mengalahkan rekan setim Anda. Melihat sosok Valentino Rossi di grid akhir pekan lalu adalah pengingat betapa pentingnya rekan setim yang tepat.
The @ducaticorse duo agree about many things 👍
— MotoGP™🏁 (@MotoGP) June 4, 2024
But when it comes to putting first milk and then cereals... the debate heats up 👀#MotoGP pic.twitter.com/RJoPTJahfn
Gelar Juara Dunia MotoGP™ pertama Vale diraih pada 2001, saat ia menjadi satu-satunya pembalap di tim Nastro Azzurro Honda 500cc. Ketika motor 4-tak tiba, ia banyak memberi masukan kepada rekan setim dan pendatang baru, Nicky Hayden. Beralih ke Yamaha, rekan setimnya tidak menjadi masalah pada awalnya. Carlos Checa dan Colin Edwards tidak terlalu mengancam keunggulannya, tetapi seorang pendatang baru muda asal Spanyol sudah di depan mata.
Juara GP 250cc dua kali, Jorge Lorenzo, bergabung dengan Rossi di Yamaha pada 2008. Dan kehidupan di garasi pabrikan Iwata tak pernah sama lagi. Segera terlihat jelas bahwa Lorenzo tidak siap menjadi pembalap kedua bagi sang Juara Dunia bertahan dan menginginkan gelar dunianya. Dua tahun kemudian, ia melakukan hal itu dan Yamaha benar-benar terpecah belah. Dinding pembatas dibangun di garasi mereka di setiap Grand Prix. Sementara perseteruan para pembalap menjadi berita utama, Yamaha hanya duduk diam dan terus menang. Lorenzo meraih dua titel lagi, dan Rossi sebagai runner-up dua kali lagi.
Terkadang rekan setim dapat menghancurkan peluang Anda untuk meraih titel. Juara Dunia 250cc, Dani Pedrosa, bergabung dengan Nicky Hayden di Repsol Honda musim 2006. Pada putaran kedua terakhir Kejuaraan, Hayden mengungguli Rossi dengan selisih 12 poin di Estoril. Hayden berada di posisi ketiga yang nyaman, sampai Pedrosa terjatuh dan membuat Hayden tersingkir dari perlombaan. Untungnya, Hayden tetap menjadi Juara Dunia lantaran Rossi mengalami kecelakaan di putaran final Valencia. Tak perlu membangun dinding pembatas kali ini.
Menjadi rekan setim Mick Doohan yang hebat tak akan pernah mudah. Alex Criville segera menyadari dirinya tidak akan menerima kartu ucapan Natal dari sang Juara Dunia lima kali, terutama setelah Grand Prix Republik Ceko 1996 di Brno. Criville membayangi rekan setimnya di Repsol Honda itu sepanjang balapan, lalu menyalipnya di tikungan terakhir untuk menang dengan selisih 0,002 detik. Mick tidak senang.
Tak diragukan lagi, rekan setim yang paling sulit dalam sejarah olahraga selama 75 tahun ini adalah Juara Dunia tujuh kali, Phil Read. Ia benar-benar fokus untuk menang dengan segala cara. Tidak ada yang akan menghalangi jalannya dan terutama rekan setimnya. Ia berselisih paham dengan rekan setimnya di MV Agusta, Giacomo Agostini, dan terutama rekan setimnya di Yamaha, Bill Ivy. Pada 1968, pabrikan Yamaha yang dominan memutuskan bahwa Read akan mengklaim gelar Juara Dunia 125cc dan Ivy untuk 250cc. Ivy membantu Read meraih mahkota 125cc, tetapi Read mengingkari kesepakatan itu, dengan juga menyabet titel 250cc. Ivy tak pernah memaafkannya.
Pertarungan rekan setim terberat dalam perebutan gelar terjadi pada balapan terakhir Kejuaraan Dunia 250cc musim 2000 di Phillip Island. Olivier Jacque membuntuti rekan setimnya di Tech3 Yamaha, Shinya Nakano, hingga trek lurus terakhir, saat ia keluar dari slipstream dalam balapan sepanjang 25 lap. Jacque memenangi balapan dengan selisih 0,014 detik dan rengkuh titel dengan selisih tujuh poin atas Nakano.
Perhatikan apa yang terjadi di sebelah Pecco. Mungkin akan ada kesenangan dan permainan di garasi Ducati musim depan.